BAHASA INDONESIA
Pembukaan Museum dan Pusat Kultural di Baloq Sade Foundation

Tahun yang lalu, pada 2014, saya berkunjung ke Baloq Sade Foundation yang terletak di desa Ungga di dekat Mataram di Pulau Lombok. Pada waktu itu, BSF hanya punya satu tujuan: pengajaran bahasa Inggris ke murid-murid, di luar jam sekolah. Saya berkunjung ke BSF lagi minggu yang lalu dan melihat ada banyak yang telah terjadi, dengan dua gedung baru yang dibangun sejak kunjungan saya.

Saya menghadiri pembukaan Museum dan Pusat Budaya BSF. Kira-kira 70 anak-anak yang menghadiri kelas bahasa Inggris di sana, juga hadir untuk ambil bagian di acara ini. Mereka mewakili beberapa kampung yang belajar di BSF. Mereka terlibat cantik dan gagah, memakai pemakaian adat yang berwarna-warni.

Dua pemimpin proyek ini, bernama Pak Maskur dan Pak Junait, berbicara tentang awal BSF dibangun mulai dan dikembangkan. Museum ini akan menjaga dan melestarikan sejarah desa-desa ini, dan toko seni yang baru dibangun sudah  menyediakan lapangan pekerjaan untuk banyak orang dan pendapatan untuk masyarakat.

Di toko seni ini ada perhiasan dijual, dibuat oleh laki-laki yang pernah membuat kris-kris. Sekarang laki-laki ini menggunakan perak, mutiara dan kerang untuk membuat cincin, gelang dan kalung. Di bagian depan museum ada tampilan berwarna-warni kain adat yang juga tersedia untuk dijual.

Juga ada hiburan di hari itu. Musik adat di mainkan menggunakan tambur, rincik, dan suling. Satu penari yang perempuan memilih pasangan penari yang datang dengan uang diantara jempolnya. Kemudian ada  beberapa serangan pertempuran adat, menggunakan tongkat dan perisai. Pertempuran ini tersebut Persean yang pernah digunakan menyebabkan hujan. Pada waktu ini, pertempuran ini digunakan oleh laki-laki desa pertunjukan kekuatan dan keterampilan. Ketika wasit menunjukkan pesaing yang sudah memang, pemenang menampilkan sebangga seperti merak.

Akan tetapi masih ada satu tujuan yang paling penting: mengajar bahasa Inggris ke semua anak-anak yang tinggal di desa-desa sekitar. Mudah-mudahan dengan dukungan masyarakat dan sejarah mereka, dan juga ide modern dari pengetahuan bahasa Inggris, anak-anak ini bisa mendapatkan pendidikan untuk dapat mengembangkan dirinya bagi Indonesia dan juga bagi dunia: itu yang di Indonesia, dan juga yang diluar negeri.

ENGLISH
Opening of the Museum and Cultural Centre in Baloq Sade Foundation.

Last year in 2014 I visited Baloq Sade Foundation which is situated in the village of Ungga near Mataram in Lombok. At that time, BSF had only one function: the teaching of English to pupils outside school hours. I visited BSF again last week and could see there is much which has happened, with two new buildings which have been built since my last visit.

I attended the opening of the Museum and Cultural Centre of BSF. About 70 children who attend English classes there, were also present to take part in the ceremony. They represent several kampung who study at BSF. They looked beautiful and handsome, wearing colourful traditional clothes.

Two project leaders, Pak Maskur and Pak Junet, spoke about the beginning of BSF, being built and expanded. This museum will keep and conserve the history of these villages, and the new art shop which has just been built provides opportunities for jobs for many people and income for the community.

In the shop there is jewellery for sale, made by men who once made kris. Now these men use silver, pearls and shells to make rings, bracelets and necklaces. In the front part of the museum there is a colourful display of traditional cloths which are also available for sale.

There was also entertainment. Traditional music was played on drums, cymbals and flute. A female dancer chose a partner who came with money between his fingers. Then there was fighting using stick and shield. This fighting is called Persean which was once used to bring rain. These days, it is used by men of the village to display strength and skill. When the referee indicated who had won, the winner appeared proud as a peacock.

However still there is one purpose which is most important: teaching English to all children who live in the surrounding villages. Hopefully with support of the community and their history, and also modern ideas from knowledge of English, these children can get an education and be able to develop themselves for Indonesia and also share that world which is in Indonesia with that which is overseas.

0 comments:

Post a Comment